Okay, sebelum gue melanjutkan cerita gila kita, gue pengen berkelakar sedikit…
There is something different in our
friendship. ada yang berbeda dari persahabatan kita berlima. kita juga
gak tahu itu apa, semacam chemistry yang membuat kita berlima terkait
satu sama lain dan menjadi gila bareng-bareng. Kita menjadi diri sendiri
dan melakukan apa yang kita suka, mengatakan apa yang ingin kita
katakan, dan dengan diwarnai sedikit perselisihan persahabatan kita
begitu terasa lengkap.
Mungkin tanpa disadari kita mempunyai beberapa kesamaan, kita sama-sama
suka hal baru, kita sama-sama suka berpetualang, melancong mencari
tantangan, rintangan dan apapun yang menggugah semangat muda kita. kita
juga mempunyai impian dan tujuan, meskipun mimpi-mimpi kita berbeda
tetapi kita mempunyai satu tekad yang sama untuk mengejar mimpi-mimpi
kita tersebut.
bercanda adalah senjata utama kita. selama
kita sedang berlima, apapun di sekeliling kita akan menjadi hal lucu.
Bahkan yang sebenarnya gak lucu sama sekali. Tapi dengan ramuan ajaib
yang kita punya, kita ubah hal itu menjadi bahan tertawaan yang paling
lucu sedunia.
Kita juga saling melengkapi satu sama lain,
gak akan lengkap Aldilah, Irene, Indri dan Lina tanpa Riri. gak akan
lengkap Aldilah, Lina, Irene dan Riri tanpa Indri. gak akan lengkap
Aldilah, Irene, Indri dan Riri tanpa Lina. dan sangat gak akan lengkap
Lina, Irene, Riri dan Indri tanpa gue hahah
Back to the story… ini lanjutan dari cerita sebelumnya
TFBL Part 1
Gue masih didalam toilet, tapi gue bisa
dengar apa yang sedang terjadi diluar. Sumpah langsung keringat dingin
begitu tahu Irene lagi menghadang segerombol laki-laki berbadan besar
yang sepertinya ingin masuk ke toilet. Seandainya gue bisa berubah tidak
terlihat seperti The Invisible Woman di Fantastic Four atau seandainya
gue gak putusin Harry Potter. So, gue bisa pinjem jubah gak keliatannya.
But now, satu-satunya yang gue punya adalah kedua tangan untuk menutup
wajah menahan malu. Teman-teman gue langsung tertawa terbahak-bahak
begitu gue keluar dari toilet, phew sumpah gue sangat menyesal atas apa
yang baru saja gue lakukan tadi.
Eh tapi tunggu dulu, ada hal lucu sebelum itu, ceritanya waktu kita
masih ngerjain Test di kelas, kita berlima udah mulai bosen duluan
padahal yang lain masih sibuk-sibuknya sampe keringat dingin dengan
tampang ketus ngeliat lembar soal. Tapi kita dengan santai dan dengan
lembar jawaban yang sudah terisi penuh, tentunya ini semua berkat agen
Irene dan agen Riri yang sukses menjalankan misinya ; tengok kanan-kiri.
Waktu masih lama, akhirnya gue sama indri main SOS pake kertas soal.
Beberapa lama kemudian, setelah agak bosan kita ganti permainan, ABCD
Lima Dasar. Kali ini, Irene, Riri dan Lina juga ikut bergabung. Sampai
Kakak Mahasiwa mengumumkan, bagi yang sudah selesai boleh dikumpulkan
lembar jawabannya. Dan dengan tampang bangga campur matados kita
langsung berdiri, jalan kedepan, mengumpulkan soal dan melangkah keluar
dengan perasaan yang luar biasa karena cuma kita berlima doang yang
udah, yang lain belum pada selesai. Wajah mereka berubah tegang saat
melihat kita berdiri dan berjalan keluar ruangan.
“eh toilet yok, gue kebelet,” kata gue saat keluar ruangan. “ayo gue
juga,” dukung indri, kita berlima pun beranjak menuju toilet. Saat kita
melewati Aula, ternyata para peserta masih pada ngerjain soal. Kita jadi
malu sekaligus bangga *sok pinter* ngeliat wajah-wajah mereka yang
langsung tegang karena ngeliat kita yang udah selesai hahahsikk, disana
banyak peserta juga yang gak dapet kursi dan ngerjain soal di tangga.
beruntungnya kita dapet ruangan,
Pas kita menaiki tangga tiba-tiba … “WILDANNN!!!” “IRENEEEE!!!”
“pssshhh” Kakak Mahasiswa langsung keluar
dari ruang kelas dengan telunjuk di didepan mulutnya memprotes
keberisikan Irene dan Wildan yang berteriak bersamaan. Sungguh sangat
kompak mereka. (haha Peace Ren :D) kita juga langsung terkejut melihat
Wildan yang entah tanpa angin tanpa hujan muncul mendadak di situ, (eh
tapi nantinya gue sama lina bakal sangat bersyukur dan berterimakasih
ada wildan disana haha -> next story) setelah bercengkerama
ngalor-ngidur sebentar, kita langsung melanjutkan perjalanan ke toilet.
Setelah kembali dari toilet, kita keluar
gedung untuk mencari udara segar untuk otak kita yang sangat pusing
gara-gara test tadi. (ps : pusing karena ngeliat soal ya, bukan karena
mikir ngejawab soal haha). Pas kita keluar, suasana sudah ramai karena
banyak peserta yang juga sudah selesai. Kita langsung cari tempat duduk,
dan berjanji untuk TIDAK membahas soal-soal yang tadi.
Ohya kita juga kenalan sama teman baru, dia
dari bekasi dan sendirian makanya kita ajak untuk gabung dengan geng
kita, namanya siapa sih lupa lagi, fatimah atau fatihah ya? (anyone
knows?) ya pokoknya itulah, kita sebut fatih aja deh. Terus setelah ini,
acara selanjutnya, mentoring, pembahasan soal, foto-foto pake jaket
almamater yang disediakan dan ada stands juga dimana kita bisa
tanya-tanya tentang UI dan tetek bengeknya, yang akan dilaksanakan di
MUI, Mesjid Universitas Indonesia. well, itu artinya kita jalan lagi
nih, karena gak ada bis kuning di hari minggu.
Kita melihat rombongan para peserta yang
dipimpin oleh beberapa kakak panitia sudah mulai berjalan menuju MUI.
Dan kita putuskan untuk melanjutkan perjalanan kesana dengan bersemangat
(karena gak sabar pengen foto pake jaket almamater)
“Gue pengen foto pake jaket IPB ah” seru
Irene dan Riri yang sangat mengidolakan kampus IPB, bener deh suwer! itu
anak dua emang cinta banget sama IPB, buktinya pas kita bertiga
kompor-komporin keindahan dan kebagusan UI, mereka berdua tetap gak
bergeming dan langsung bersatu kompak mendukung kampus idola mereka
“HIDUP IPB!!”.
“Eh kita lewat jalan pintas aja” kata kita
berlima ke fatih yang sedang berjalan mengikuti rombongan. Dengan
tampang sok tahu campur bangga, kita berlima belok, dan menceritakan ke
fatih bahwa kita udah tahu jalan pintasnya, bahwa kita udah biasa lewat
sini (padahal baru dua kali, kemaren sore sama tadi pagi), dengan
muka-muka sok berpengalaman kita membahas satu persatu. Nanti lewat
sini, trus ada itu, nanti belok, ada fakultas ini trus lewat halte itu
lurus jalan sebentar ngelewatin anu dan sampai deh di MUI. Sepanjang
jalan kita ngoceh gak berhenti-berhenti, menertawakan segala sesuatu
yang terjadi dan yang ada di depan mata kita, fatih cuma geleng-geleng
sambil mikir, -kok masih ada ya mahluk aneh kayak mereka, langka nih
pasti mahal deh dijual ke museum-
Setelah menempuh perjalanan panjang yang
kita bilang “jalan pintas” ini, sampailah kita di Danau Universitas
Indonesia, danau yang bagus. Ada yang sedang memancing, ada yang lagi
berfoto-foto ria, ada juga beberapa keluarga yang sedang rekreasi di
sekitar danau. Tapi, kita harus mengitari danaunya dulu untuk sampai ke
MUI.
“Istirahat dulu woy” seru Indri yang
kemudian duduk di pinggir danau sambil mengatur nafas. Benar-benar letih
sekali kita, (padahal lewat jalan pintas) eh kebetulan ada tukang somay
lewat, kita pun beli somay, maksudnya Indri, Irene sama Riri doang,
haha Gue sama Lina bagian nyobain doang, cobain dong enak gak?
Irene Anastasya Pola Septiani, dengan
polosnya menyilangkan kaki dan duduk di jalan, persis seperti yang ia
lakukan sebelumnya di stasiun. Gak peduli pada orang-orang yang jalan
disamping dia, yang sesekali misih-misih saat melewatinya (GO GO IRENE!!
Hahaha). Abang tukang somay yang ditunggu-tunggu pun datang, waktu lagi
menyantap somay Lina bilang ke Irene
“Ren, tawarin tuh orang yang lewat, elu makan gak nawar-nawarin.”
Irene yang mengerti maksud lina langsung berkata “MAKAN!” dengan agak
sedikit berteriak ke orang-orang yang lewat di sampingnya, yang ingin
menuju ke MUI. Kita langsung tercengang, terbengong-bengong dan tertawa
terpingkal-pingkal karena orang yang ditawari Irene makan kelihatan
shyok dengan ekspresi muka ketakutan sambil bilang “Iya silahkan…” dan
selidik punya selidik ternyata orang itu adalah salah satu kakak
panitia, oh god, KILL US NOWW!!!!
“Capek ya de?” tanya dua orang kakak panitia
yang sedang berjalan melewati kita, kakak itu kemudian berhenti dan
duduk bersama kita.
“Iya ka, jauh banget ya, tapi untungnya kita
tau jalan pintas” kata gue sambil cengar-cengir. Lalu, kedua kakak itu
langsung diserbu pertanyaan-pertanyaan oleh kita berlima. “Kakak jurusan
apa?” “Namanya siapa?” “Nomer hp berapa?” “Nomer sepatu? celana? baju?
G-string?” (WHAT???) dan setelah kita ber ah oh ah oh mendengar
penjelasan dari kedua kakak tersebut, tiba tiba ide brilliant Lina
keluar “Eh gimana kalo kita minjem jaket almamater kakak itu aja buat
foto-foto, daripada nanti disana ngantri..” kita semua langsung
mengangguk setuju, dan lagi-lagi gue yang diutus buat masalah kayak
gini.
“Ayo dil, lo kan berani dil!”
“Iya dil, lo cantik deh :) “
Yahh, kalo udah disanjung-sanjung gini, mau
gimana lagi, gak bisa berkutik gue. Dasar temen-temen oncom,
memanfaatkan kelemahan temannya sendiri.
“Kak…boleh minjem jaketnya gak buat foto-foto, soalnya kalo nanti ngantrinya takut lama kak”
“Ayo dong ka, boleh ya boleh???”
Dan dengan wajah terpaksa kakak-kakak yang
baik itu merelakan jaketnya untuk kita pakai buat foto-foto. Yes,
berhasil! dengan perasaan senang kita berpose bangga di pinggir danau
memakai jaket almamater, sambil rebutan juga, siapa yang duluan foto,
gue dulu dong gue dulu.
Dan kedua kakak itu, hanya duduk menahan
malu di seberang jalan, karena ulah kita yang menjadi perhatian setiap
rombongan yang sedang berjalan lewat, yang keliatan iri melihat kita
foto pake jaket almamater. Haha
“Waduh, kayaknya kita salah berhenti nih” bisik salah seorang kakak itu ke temannya.
“De, jangan lama-lama ya, gak enak sama yang
lewat ntar dikira pilih kasih” kata kakak itu kepada kita yang sedang
asyik rebutan foto,
“Iya kak” jawab Lina, “Eh ayo buruan buruan”
Setelah selesai berfoto, kita kembalikan jaketnya dan mengucapkan terima kasih dengan manis. “Makasih ya kak :)”
Oh ya, Fatih…?? Daritadi dia hanya duduk diam terbengong-bengong melihat semua ulah kita yang sudah diluar batas normal.
Get Back…… Kita bersiap-siap untuk kembali
melanjutkan perjalanan, setelah kita rasa tidak ada barang yang
tertinggal. Kita berjalan menuju MUI dengan tampang puas udah foto pake
jaket almamater.
Kita sudah berjalan jauh dan hampir sampai di mesjid tiba-tiba….
“Papan gue gak adaaa!!” Riri berteriak kaget
menyadari papannya tidak ada di dalam tasnya. Kita semua langsung sibuk
mencari-cari papan Riri mengobrak-abrik tas dan barang-barang bawaan
kita. But… No result. Gak ada.
“Jangan-jangan ketinggalan di danau” kata
Riri mencoba mengingat-ingat, kemudian dia langsung ngotot ngajak balik
ke danau buat nyari papannya. Oh tidak…!! Riri cemberut sepanjang
perjalanan menuju mesjid.
“Udah i, nanti beli lagi aja papannya, ” saran indri ke Riri yang udah pengen nangis,
“Masalahnya ada soal-soal gue ndri,” Riri terlihat sangat galau,
“Yaudah nanti fotokopi aja punya gue,” Irene menawarkan bantuannya.
“Gak mau fotokopian, maunya yang asli” Riri tetap bersikeras.
“Yaudah, nanti lo ambil punya gue trus gue
yang fotokopiannya” kata Irene, berusaha meluluhkan hati Riri yang
sekeras batu koral di kali.
“Ih bukan kayak gitu, kan tulisannya beda” kata Riri masih menyangkal.
“Yaudah i, nanti aja pulangnya kita balik cari lagi, sekarang kita udah capek banget i” kata gue.
Akhirnya, sesampainya di MUI, acara sudah di
mulai, para peserta sudah berkumpul di dalam mesjid mendengarkan
mentoring dari kakak mahasiswa. Teras depan juga sudah penuh, kita
langsung naik ke bagian atas melalui tangga yang terhubung dari beranda
mesjid. Bukan, bukan untuk mendengarkan mentoringnya, tapi untuk tidur.
Kita bener-bener kelelahan banget.
Irene dan Indri langsung ambil posisi buat
tidur, dengan beralaskan tas, kita pun tidur. Gue, Indri, Irene, dan
Riri tidur dengan pulas sedangkan Lina dan Fatih serius mendengarkan
mentoringnya sambil sesekali menteriakkan jargo-jargo yang di ucapkan
kakak mentor “Allahu Akbar” “TOENAS, Begitu Nasional!”.
Setelah beberapa saat, kita terbangun, lelah kita sedikit terobati dan melihat Riri masih galau kehilangan papannya.
“I, ayo mau balik lagi gak ke danau, nyari papan lo?”
Riri langsung bersemangat senang AYOO!!!. akhirnya Gue, Irene, Indri, dan Riri, berangkat menuju danau.
“Lin, kita mau cari papan Ii ke danau. lo disini aja ya sama Fatih jagain tas.” Lina langsung menangguk.
Tahu gak tahu gak? Sebenarnya, Gue sama
Indri punya tujuan lain hahaha sebenernya kita pengen sekalian jajan
sama jalan-jalan keliling UI. nah biar gak berat, makanya tasnya
dititipin ke Lina, trus alasan pengen nyari papannya Riri huahahaha
(Peace Lin, :D)
Ternyata, papannya Riri bener-bener hilang. Kita udah nyari sepanjang jalan ke danau dan di danau juga gak ada sama sekali.
“Ren, kayaknya papan gue jatoh ke danau deh” kata Riri polos.
“Trus, kita harus nyebur ke danau buat
ngambil papan lo gitu?” kata Irene, dan kita semua pun langsung tertawa.
Kecuali Riri yang tambah galau.
“Udah i, ikhlasin aja” nasehat indri kepada Riri.
“Iya yang lalu, biarlah berlalu i,” sambung
gue. Riri hanya merenung memikirkan nasib papan dan kertas soalnya yang
mungkin sekarang sedang bermain dengan ikan-ikan dan kodok-kodok di
danau.
“Eh, kita ke perpustakaan dulu yok” ajak
gue, ketika melihat perpustakaan UI yang sangat besar dan megah. “Tapi
pintu masuknya lewat mana?” tanya Irene, iya bingung juga ya, akhirnya
setelah nyasar-nyasar, kita menemukan pintu masuknya. Kita masuk ke
dalam, tercium aroma AC dan suasana yang begitu elegant. Benar-benar
elegant. Kita melihat banyak mahasiswa yang sedang duduk bercengkarama,
mengerjakan tugas di laptop, atau sekedar membaca buku. Tapi yang paling
berkesan adalah mereka semua keren-keren! tong-tong*
Kita naik ke bagian atas dan asik memainkan
komputer yang disediakan untuk melihat daftar-daftar buku disana.
Kemudian, panggilan alam kembali memanggil dan kita pun pergi ke toilet.
Disana, kita………foto-foto. Hahaha norak banget kan? Biarin lah, kita
udah terlanjur norak ini,
setelah itu, kita kembali ke mesjid.
“Kok lama banget?” tanya lina spontan ketika kita datang,
“Iya tadi kita lama nyari-nyari papan Ii
nya,” jawab Gue, yang udah kita persiapkan sebelumnya kalo nanti Lina
nanya hahaha (Peace lagi lin, :D)
Dan setelah itu, kita turun ke bawah…duduk di teras mesjid, menunggu acara selesai.
“Dil, tanya-tanya ke stand yuk” ajak Lina,
“Eh Gue sama Lina mau ke stand, lo mau pada ikut gak?” mereka bertiga, triple I, dengan kompak, langsung menggeleng semua.
Gue dan lina, yang gak ada capeknya langsung
beranjak ke stand yang gak jauh dari lingkungan mesjid. Kita
tanya-tanya masalah administrasi, beasiswa, fakultas dan banyak lainnya.
Ada pin gratis juga disana, tanpa pikir panjang kita ambil lima buah
pin.
“Sekalian buat temen kak hehe” kata gue ke
kakak penjaga stand yang memandang curiga ke kita. Lina meneruskan
perbincangannya dengan kakak mahasiswa, sedangkan gue melihat-lihat
brosur yang ada di stand itu. (halah padahal modus doang tuh si Lina,
pengen deketin kakak mahasiswanya hahaha) gue lihat ada Wildan juga
disitu, lagi foto-foto pake jaket almamater, dengan berpose OKE sambil
mengacungkan ibu jarinya, Gue dan Lina yang melihat itu langsung tertawa
terpingkal-pingkal. Wildan kemudian menegur kita, yang kemudian kita
langsung menjauh pura-pura gak kenal. Hahaha
Tapi kemudian, Lina mengeluarkan ide cemerlangnya lagi,
“Kak, boleh foto bareng gak?” dengan matadosnya Lina bilang ke
kakak-kakak itu dan langsung memanggil Wildan buat motoin. Alhasil, Gue
yang lagi liat-liat brosur langsung bergabung untuk ikut berfoto. Wkwkwk
(Thank you Wildan!!)
Kita kembali ke teras mesjid, melihat Indri
dan Irene sedang tiduran. Kasian mereka pasti capek banget. Akhirnya,
kita memutuskan untuk pulang. Meskipun acara belum selesai tapi kita
takut ketinggalan bus dan takut pulang terlalu malam.
Dan kita pun meninggalkan MUI, berjalan
menuju Margonda. Di tengah jalan, Gue dan Lina udah curiga sama sikap
mereka bertiga. Ada apa nih?
HAHAHAHAHAHAHAH GILA PARAH KOPLAK STRESS SARAP GILA GILA GILA!!!
Kita berlima tertawa terbahak-bahak setengah
mati, begitu Irene, Indri dan Riri menceritakan ulah mereka yang
benar-benar sangat memalukan.
Begini ceritanya, saat Gue dan Lina pergi ke
stand, tinggalah Indri, Irene dan Riri bertiga. Gak jauh dari tempat
duduk mereka, ada sebuah papan yang menurut mereka sepertinya itu
ditinggal oleh pemiliknya atau ketinggalan. Riri yang habis galau
kehilangan papannya tercinta, melihat papan malang itu sendirian,
hatinya tersentuh dan ingin mengadopsi papan itu. Keinginannya itu
disampaikan Riri ke Irene, dan meminta Irene untuk mengambil papan itu
dan memasukkannya ke dalam tas sebelum orang lain keduluan mengambil.
Irene yang gak tega ngeliat temannya yang begitu sangat menginginkan
papan tersebut, akhirnya dengan terpaksa menuruti keinginan Riri. di
tengah keramaian, Irene dengan matados mengambil papan itu dan buru-buru
memasukannya kedalam tas dengan perasaan bersalah dan menanggung malu
dosa Riri. Sedangkan Riri pun langsung tersenyum bahagia.
Tiba-tiba setelah itu, muncul sesosok perempuan berbadan besar…
“Papan gue disini kemana nih?” tanya perempuan itu kepada teman-temannya yang berada disitu. “Masa bisa ilang sih,”
Irene, Indri dan Riri langsung terkejut,
“Jangan-jangan ada yang ngambil?” kata salah satu temannya.
Mereka bertiga langsung deg-degan. (haha kebayang kan?)
“Ya ampun, masa papan doang diambil sih” katanya lagi.
Mereka bertiga tambah deg-degan. Indri dan Irene langsung pura-pura tidur, sedangkan Riri? Matados.
Irene dan Indri yang merasa bersalah banget udah ngambil papan itu,
hanya bisa pura-pura tidur dan berakting senormal-normalnya seolah tidak
tahu menahu apa-apa. Demi temannya yang satu ini, mereka rela melakukan
apa aja biar Riri pulang dengan senyum kemenangan.
Dan sepanjang jalan kita gak ada habis-habisnya ketawa, sungguh pengalaman yang benar-benar gila banget.
Dan saat perjalanan pulang di dalam bis,
kita akhirnya bisa benar-benar istirahat, melepaskan lelah seharian dan
membicarakan terus-menerus apa yang telah kita alami sepanjang hari ini.
Mulai dari malemnya nginep dirumah tantenya
Irene, trus pagi tadi disaat peserta lain turun dari mobil dan wangi,
kita muncul dari belakang dengan keringat bercucuran karena lari-larian
takut terlambat, insiden aqua yang ditinggal Riri, tragedi kentut
dikelas, tragedi di toilet cowok, foto-foto di danau, papan Riri yang
hilang, di mesjid, di toilet perpustakaan, sampai yang terakhir ulah
Triple “I” yang ngambil papan orang. Semuanya akan menjadi kenangan dan
pengalaman yang tak akan tergantikan. Tak bisa diputar kembali dan tak
bisa diulang kembali. Hanya bisa diingat dan dikenang menjadi hal yang
akan membuat kita tersenyum di masa tua nanti.
Tapi dengan berjalannya usia, manusia tidak akan luput dari sifat lupa.
Suatu saat ketika kita menjadi tua dan pikun, tulisan ini yang nantinya
akan mengingatkan kita betapa mengagumkannya masa-masa itu. Betapa
beruntungnya kita memiliki masa-masa itu.
Well, lima tahun lagi MAHAMERU YA?!!! semoga
kita bisa terus seperti ini sampai tua, gak sabar berpetualang lagi
dengan kalian. Melakukan hal-hal gila dan seru.
Gak akan ada kata “tua”, karena jiwa kita akan selalu tetap muda.