RSS

Kisah Empat Lilin yang menyala ditengah kegelapan

Ada 4 lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh.

Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka

Yang pertama berkata: “Aku adalah Damai.” “Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!” Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.


kisah inspirasi














Yang kedua berkata: “Aku adalah Iman.” “Sayang aku tak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: “Aku adalah Cinta.” “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.” “Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.” “Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga…

Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”

Lalu ia mengangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:

Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:

“Akulah HARAPAN.”

Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Cerita Gila 2

The Craziest Bestfriends
Okay, sebelum gue melanjutkan cerita gila kita, gue pengen berkelakar sedikit…
There is something different in our friendship. ada yang berbeda dari persahabatan kita berlima. kita juga gak tahu itu apa, semacam chemistry yang membuat kita berlima terkait satu sama lain dan menjadi gila bareng-bareng. Kita menjadi diri sendiri dan melakukan apa yang kita suka, mengatakan apa yang ingin kita katakan, dan dengan diwarnai sedikit perselisihan persahabatan kita begitu terasa lengkap.
Mungkin tanpa disadari kita mempunyai beberapa kesamaan, kita sama-sama suka hal baru, kita sama-sama suka berpetualang, melancong mencari tantangan, rintangan dan apapun yang menggugah semangat muda kita. kita juga mempunyai impian dan tujuan, meskipun mimpi-mimpi kita berbeda tetapi kita mempunyai satu tekad yang sama untuk mengejar mimpi-mimpi kita tersebut.
bercanda adalah senjata utama kita. selama kita sedang berlima, apapun di sekeliling kita akan menjadi hal lucu. Bahkan yang sebenarnya gak lucu sama sekali. Tapi dengan ramuan ajaib yang kita punya, kita ubah hal itu menjadi bahan tertawaan yang paling lucu sedunia.
Kita juga saling melengkapi satu sama lain, gak akan lengkap Aldilah, Irene, Indri dan Lina tanpa Riri. gak akan lengkap Aldilah, Lina, Irene dan Riri tanpa Indri. gak akan lengkap Aldilah, Irene, Indri dan Riri tanpa Lina. dan sangat gak akan lengkap Lina, Irene, Riri dan Indri tanpa gue hahah
Back to the story… ini lanjutan dari cerita sebelumnya TFBL Part 1
Gue masih didalam toilet, tapi gue bisa dengar apa yang sedang terjadi diluar. Sumpah langsung keringat dingin begitu tahu Irene lagi menghadang segerombol laki-laki berbadan besar yang sepertinya ingin masuk ke toilet. Seandainya gue bisa berubah tidak terlihat seperti The Invisible Woman di Fantastic Four atau seandainya gue gak putusin Harry Potter. So, gue bisa pinjem jubah gak keliatannya. But now, satu-satunya yang gue punya adalah kedua tangan untuk menutup wajah menahan malu. Teman-teman gue langsung tertawa terbahak-bahak begitu gue keluar dari toilet, phew sumpah gue sangat menyesal atas apa yang baru saja gue lakukan tadi.
Eh tapi tunggu dulu, ada hal lucu sebelum itu, ceritanya waktu kita masih ngerjain Test di kelas, kita berlima udah mulai bosen duluan padahal yang lain masih sibuk-sibuknya sampe keringat dingin dengan tampang ketus ngeliat lembar soal. Tapi kita dengan santai dan dengan lembar jawaban yang sudah terisi penuh, tentunya ini semua berkat agen Irene dan agen Riri yang sukses menjalankan misinya ; tengok kanan-kiri. Waktu masih lama, akhirnya gue sama indri main SOS pake kertas soal. Beberapa lama kemudian, setelah agak bosan kita ganti permainan, ABCD Lima Dasar. Kali ini, Irene, Riri dan Lina juga ikut bergabung. Sampai Kakak Mahasiwa mengumumkan, bagi yang sudah selesai boleh dikumpulkan lembar jawabannya. Dan dengan tampang bangga campur matados kita langsung berdiri, jalan kedepan, mengumpulkan soal dan melangkah keluar dengan perasaan yang luar biasa karena cuma kita berlima doang yang udah, yang lain belum pada selesai. Wajah mereka berubah tegang saat melihat kita berdiri dan berjalan keluar ruangan.
“eh toilet yok, gue kebelet,” kata gue saat keluar ruangan. “ayo gue juga,” dukung indri, kita berlima pun beranjak menuju toilet. Saat kita melewati Aula, ternyata para peserta masih pada ngerjain soal. Kita jadi malu sekaligus bangga *sok pinter* ngeliat wajah-wajah mereka yang langsung tegang karena ngeliat kita yang udah selesai hahahsikk, disana banyak peserta juga yang gak dapet kursi dan ngerjain soal di tangga. beruntungnya kita dapet ruangan,
Pas kita menaiki tangga tiba-tiba … “WILDANNN!!!” “IRENEEEE!!!”
“pssshhh” Kakak Mahasiswa langsung keluar dari ruang kelas dengan telunjuk di didepan mulutnya memprotes keberisikan Irene dan Wildan yang berteriak bersamaan. Sungguh sangat kompak mereka. (haha Peace Ren :D) kita juga langsung terkejut melihat Wildan yang entah tanpa angin tanpa hujan muncul mendadak di situ, (eh tapi nantinya gue sama lina bakal sangat bersyukur dan berterimakasih ada wildan disana haha -> next story) setelah bercengkerama ngalor-ngidur sebentar, kita langsung melanjutkan perjalanan ke toilet.
Setelah kembali dari toilet, kita keluar gedung untuk mencari udara segar untuk otak kita yang sangat pusing gara-gara test tadi. (ps : pusing karena ngeliat soal ya, bukan karena mikir ngejawab soal haha). Pas kita keluar, suasana sudah ramai karena banyak peserta yang juga sudah selesai. Kita langsung cari tempat duduk, dan berjanji untuk TIDAK membahas soal-soal yang tadi.
Ohya kita juga kenalan sama teman baru, dia dari bekasi dan sendirian makanya kita ajak untuk gabung dengan geng kita, namanya siapa sih lupa lagi, fatimah atau fatihah ya? (anyone knows?) ya pokoknya itulah, kita sebut fatih aja deh. Terus setelah ini, acara selanjutnya, mentoring, pembahasan soal, foto-foto pake jaket almamater yang disediakan dan ada stands juga dimana kita bisa tanya-tanya tentang UI dan tetek bengeknya, yang akan dilaksanakan di MUI, Mesjid Universitas Indonesia. well, itu artinya kita jalan lagi nih, karena gak ada bis kuning di hari minggu.
Kita melihat rombongan para peserta yang dipimpin oleh beberapa kakak panitia sudah mulai berjalan menuju MUI. Dan kita putuskan untuk melanjutkan perjalanan kesana dengan bersemangat (karena gak sabar pengen foto pake jaket almamater)
“Gue pengen foto pake jaket IPB ah” seru Irene dan Riri yang sangat mengidolakan kampus IPB, bener deh suwer! itu anak dua emang cinta banget sama IPB, buktinya pas kita bertiga kompor-komporin keindahan dan kebagusan UI, mereka berdua tetap gak bergeming dan langsung bersatu kompak mendukung kampus idola mereka “HIDUP IPB!!”.
“Eh kita lewat jalan pintas aja” kata kita berlima ke fatih yang sedang berjalan mengikuti rombongan. Dengan tampang sok tahu campur bangga, kita berlima belok, dan menceritakan ke fatih bahwa kita udah tahu jalan pintasnya, bahwa kita udah biasa lewat sini (padahal baru dua kali, kemaren sore sama tadi pagi), dengan muka-muka sok berpengalaman kita membahas satu persatu. Nanti lewat sini, trus ada itu, nanti belok, ada fakultas ini trus lewat halte itu lurus jalan sebentar ngelewatin anu dan sampai deh di MUI. Sepanjang jalan kita ngoceh gak berhenti-berhenti, menertawakan segala sesuatu yang terjadi dan yang ada di depan mata kita, fatih cuma geleng-geleng sambil mikir, -kok masih ada ya mahluk aneh kayak mereka, langka nih pasti mahal deh dijual ke museum-
Setelah menempuh perjalanan panjang yang kita bilang “jalan pintas” ini, sampailah kita di Danau Universitas Indonesia, danau yang bagus. Ada yang sedang memancing, ada yang lagi berfoto-foto ria, ada juga beberapa keluarga yang sedang rekreasi di sekitar danau. Tapi, kita harus mengitari danaunya dulu untuk sampai ke MUI.
“Istirahat dulu woy” seru Indri yang kemudian duduk di pinggir danau sambil mengatur nafas. Benar-benar letih sekali kita, (padahal lewat jalan pintas) eh kebetulan ada tukang somay lewat, kita pun beli somay, maksudnya Indri, Irene sama Riri doang, haha Gue sama Lina bagian nyobain doang, cobain dong enak gak?
Irene Anastasya Pola Septiani, dengan polosnya menyilangkan kaki dan duduk di jalan, persis seperti yang ia lakukan sebelumnya di stasiun. Gak peduli pada orang-orang yang jalan disamping dia, yang sesekali misih-misih saat melewatinya (GO GO IRENE!! Hahaha). Abang tukang somay yang ditunggu-tunggu pun datang, waktu lagi menyantap somay Lina bilang ke Irene
“Ren, tawarin tuh orang yang lewat, elu makan gak nawar-nawarin.”
Irene yang mengerti maksud lina langsung berkata “MAKAN!” dengan agak sedikit berteriak ke orang-orang yang lewat di sampingnya, yang ingin menuju ke MUI. Kita langsung tercengang, terbengong-bengong dan tertawa terpingkal-pingkal karena orang yang ditawari Irene makan kelihatan shyok dengan ekspresi muka ketakutan sambil bilang “Iya silahkan…” dan selidik punya selidik ternyata orang itu adalah salah satu kakak panitia, oh god, KILL US NOWW!!!!
“Capek ya de?” tanya dua orang kakak panitia yang sedang berjalan melewati kita, kakak itu kemudian berhenti dan duduk bersama kita.
“Iya ka, jauh banget ya, tapi untungnya kita tau jalan pintas” kata gue sambil cengar-cengir. Lalu, kedua kakak itu langsung diserbu pertanyaan-pertanyaan oleh kita berlima. “Kakak jurusan apa?” “Namanya siapa?” “Nomer hp berapa?” “Nomer sepatu? celana? baju? G-string?” (WHAT???) dan setelah kita ber ah oh ah oh mendengar penjelasan dari kedua kakak tersebut, tiba tiba ide brilliant Lina keluar “Eh gimana kalo kita minjem jaket almamater kakak itu aja buat foto-foto, daripada nanti disana ngantri..” kita semua langsung mengangguk setuju, dan lagi-lagi gue yang diutus buat masalah kayak gini.
“Ayo dil, lo kan berani dil!”
“Iya dil, lo cantik deh :) “
Yahh, kalo udah disanjung-sanjung gini, mau gimana lagi, gak bisa berkutik gue. Dasar temen-temen oncom, memanfaatkan kelemahan temannya sendiri.
“Kak…boleh minjem jaketnya gak buat foto-foto, soalnya kalo nanti ngantrinya takut lama kak”
“Ayo dong ka, boleh ya boleh???”
Dan dengan wajah terpaksa kakak-kakak yang baik itu merelakan jaketnya untuk kita pakai buat foto-foto. Yes, berhasil! dengan perasaan senang kita berpose bangga di pinggir danau memakai jaket almamater, sambil rebutan juga, siapa yang duluan foto, gue dulu dong gue dulu.
Dan kedua kakak itu, hanya duduk menahan malu di seberang jalan, karena ulah kita yang menjadi perhatian setiap rombongan yang sedang berjalan lewat, yang keliatan iri melihat kita foto pake jaket almamater. Haha
“Waduh, kayaknya kita salah berhenti nih” bisik salah seorang kakak itu ke temannya.
“De, jangan lama-lama ya, gak enak sama yang lewat ntar dikira pilih kasih” kata kakak itu kepada kita yang sedang asyik rebutan foto,
“Iya kak” jawab Lina, “Eh ayo buruan buruan”
Setelah selesai berfoto, kita kembalikan jaketnya dan mengucapkan terima kasih dengan manis. “Makasih ya kak :)”
Oh ya, Fatih…?? Daritadi dia hanya duduk diam terbengong-bengong melihat semua ulah kita yang sudah diluar batas normal.
Get Back…… Kita bersiap-siap untuk kembali melanjutkan perjalanan, setelah kita rasa tidak ada barang yang tertinggal. Kita berjalan menuju MUI dengan tampang puas udah foto pake jaket almamater.
Kita sudah berjalan jauh dan hampir sampai di mesjid tiba-tiba….
“Papan gue gak adaaa!!” Riri berteriak kaget menyadari papannya tidak ada di dalam tasnya. Kita semua langsung sibuk mencari-cari papan Riri mengobrak-abrik tas dan barang-barang bawaan kita. But… No result. Gak ada.
“Jangan-jangan ketinggalan di danau” kata Riri mencoba mengingat-ingat, kemudian dia langsung ngotot ngajak balik ke danau buat nyari papannya. Oh tidak…!! Riri cemberut sepanjang perjalanan menuju mesjid.
“Udah i, nanti beli lagi aja papannya, ” saran indri ke Riri yang udah pengen nangis,
“Masalahnya ada soal-soal gue ndri,” Riri terlihat sangat galau,
“Yaudah nanti fotokopi aja punya gue,” Irene menawarkan bantuannya.
“Gak mau fotokopian, maunya yang asli” Riri tetap bersikeras.
“Yaudah, nanti lo ambil punya gue trus gue yang fotokopiannya” kata Irene, berusaha meluluhkan hati Riri yang sekeras batu koral di kali.
“Ih bukan kayak gitu, kan tulisannya beda” kata Riri masih menyangkal.
“Yaudah i, nanti aja pulangnya kita balik cari lagi, sekarang kita udah capek banget i” kata gue.
Akhirnya, sesampainya di MUI, acara sudah di mulai, para peserta sudah berkumpul di dalam mesjid mendengarkan mentoring dari kakak mahasiswa. Teras depan juga sudah penuh, kita langsung naik ke bagian atas melalui tangga yang terhubung dari beranda mesjid. Bukan, bukan untuk mendengarkan mentoringnya, tapi untuk tidur. Kita bener-bener kelelahan banget.
Irene dan Indri langsung ambil posisi buat tidur, dengan beralaskan tas, kita pun tidur. Gue, Indri, Irene, dan Riri tidur dengan pulas sedangkan Lina dan Fatih serius mendengarkan mentoringnya sambil sesekali menteriakkan jargo-jargo yang di ucapkan kakak mentor “Allahu Akbar” “TOENAS, Begitu Nasional!”.
Setelah beberapa saat, kita terbangun, lelah kita sedikit terobati dan melihat Riri masih galau kehilangan papannya.
“I, ayo mau balik lagi gak ke danau, nyari papan lo?”
Riri langsung bersemangat senang AYOO!!!. akhirnya Gue, Irene, Indri, dan Riri, berangkat menuju danau.
“Lin, kita mau cari papan Ii ke danau. lo disini aja ya sama Fatih jagain tas.” Lina langsung menangguk.
Tahu gak tahu gak? Sebenarnya, Gue sama Indri punya tujuan lain hahaha sebenernya kita pengen sekalian jajan sama jalan-jalan keliling UI. nah biar gak berat, makanya tasnya dititipin ke Lina, trus alasan pengen nyari papannya Riri huahahaha (Peace Lin, :D)
Ternyata, papannya Riri bener-bener hilang. Kita udah nyari sepanjang jalan ke danau dan di danau juga gak ada sama sekali.
“Ren, kayaknya papan gue jatoh ke danau deh” kata Riri polos.
“Trus, kita harus nyebur ke danau buat ngambil papan lo gitu?” kata Irene, dan kita semua pun langsung tertawa. Kecuali Riri yang tambah galau.
“Udah i, ikhlasin aja” nasehat indri kepada Riri.
“Iya yang lalu, biarlah berlalu i,” sambung gue. Riri hanya merenung memikirkan nasib papan dan kertas soalnya yang mungkin sekarang sedang bermain dengan ikan-ikan dan kodok-kodok di danau.
“Eh, kita ke perpustakaan dulu yok” ajak gue, ketika melihat perpustakaan UI yang sangat besar dan megah. “Tapi pintu masuknya lewat mana?” tanya Irene, iya bingung juga ya, akhirnya setelah nyasar-nyasar, kita menemukan pintu masuknya. Kita masuk ke dalam, tercium aroma AC dan suasana yang begitu elegant. Benar-benar elegant. Kita melihat banyak mahasiswa yang sedang duduk bercengkarama, mengerjakan tugas di laptop, atau sekedar membaca buku. Tapi yang paling berkesan adalah mereka semua keren-keren! tong-tong*
Kita naik ke bagian atas dan asik memainkan komputer yang disediakan untuk melihat daftar-daftar buku disana. Kemudian, panggilan alam kembali memanggil dan kita pun pergi ke toilet. Disana, kita………foto-foto. Hahaha norak banget kan? Biarin lah, kita udah terlanjur norak ini,
setelah itu, kita kembali ke mesjid.
“Kok lama banget?” tanya lina spontan ketika kita datang,
“Iya tadi kita lama nyari-nyari papan Ii nya,” jawab Gue, yang udah kita persiapkan sebelumnya kalo nanti Lina nanya hahaha (Peace lagi lin, :D)
Dan setelah itu, kita turun ke bawah…duduk di teras mesjid, menunggu acara selesai.
“Dil, tanya-tanya ke stand yuk” ajak Lina,
“Eh Gue sama Lina mau ke stand, lo mau pada ikut gak?” mereka bertiga, triple I, dengan kompak, langsung menggeleng semua.
Gue dan lina, yang gak ada capeknya langsung beranjak ke stand yang gak jauh dari lingkungan mesjid. Kita tanya-tanya masalah administrasi, beasiswa, fakultas dan banyak lainnya. Ada pin gratis juga disana, tanpa pikir panjang kita ambil lima buah pin.
“Sekalian buat temen kak hehe” kata gue ke kakak penjaga stand yang memandang curiga ke kita. Lina meneruskan perbincangannya dengan kakak mahasiswa, sedangkan gue melihat-lihat brosur yang ada di stand itu. (halah padahal modus doang tuh si Lina, pengen deketin kakak mahasiswanya hahaha) gue lihat ada Wildan juga disitu, lagi foto-foto pake jaket almamater, dengan berpose OKE sambil mengacungkan ibu jarinya, Gue dan Lina yang melihat itu langsung tertawa terpingkal-pingkal. Wildan kemudian menegur kita, yang kemudian kita langsung menjauh pura-pura gak kenal. Hahaha
Tapi kemudian, Lina mengeluarkan ide cemerlangnya lagi,
“Kak, boleh foto bareng gak?” dengan matadosnya Lina bilang ke kakak-kakak itu dan langsung memanggil Wildan buat motoin. Alhasil, Gue yang lagi liat-liat brosur langsung bergabung untuk ikut berfoto. Wkwkwk (Thank you Wildan!!)
Kita kembali ke teras mesjid, melihat Indri dan Irene sedang tiduran. Kasian mereka pasti capek banget. Akhirnya, kita memutuskan untuk pulang. Meskipun acara belum selesai tapi kita takut ketinggalan bus dan takut pulang terlalu malam.
Dan kita pun meninggalkan MUI, berjalan menuju Margonda. Di tengah jalan, Gue dan Lina udah curiga sama sikap mereka bertiga. Ada apa nih?
HAHAHAHAHAHAHAH GILA PARAH KOPLAK STRESS SARAP GILA GILA GILA!!!
Kita berlima tertawa terbahak-bahak setengah mati, begitu Irene, Indri dan Riri menceritakan ulah mereka yang benar-benar sangat memalukan.
Begini ceritanya, saat Gue dan Lina pergi ke stand, tinggalah Indri, Irene dan Riri bertiga. Gak jauh dari tempat duduk mereka, ada sebuah papan yang menurut mereka sepertinya itu ditinggal oleh pemiliknya atau ketinggalan. Riri yang habis galau kehilangan papannya tercinta, melihat papan malang itu sendirian, hatinya tersentuh dan ingin mengadopsi papan itu. Keinginannya itu disampaikan Riri ke Irene, dan meminta Irene untuk mengambil papan itu dan memasukkannya ke dalam tas sebelum orang lain keduluan mengambil. Irene yang gak tega ngeliat temannya yang begitu sangat menginginkan papan tersebut, akhirnya dengan terpaksa menuruti keinginan Riri. di tengah keramaian, Irene dengan matados mengambil papan itu dan buru-buru memasukannya kedalam tas dengan perasaan bersalah dan menanggung malu dosa Riri. Sedangkan Riri pun langsung tersenyum bahagia.
Tiba-tiba setelah itu, muncul sesosok perempuan berbadan besar…
“Papan gue disini kemana nih?” tanya perempuan itu kepada teman-temannya yang berada disitu. “Masa bisa ilang sih,”
Irene, Indri dan Riri langsung terkejut,
“Jangan-jangan ada yang ngambil?” kata salah satu temannya.
Mereka bertiga langsung deg-degan. (haha kebayang kan?)
“Ya ampun, masa papan doang diambil sih” katanya lagi.
Mereka bertiga tambah deg-degan. Indri dan Irene langsung pura-pura tidur, sedangkan Riri? Matados.
Irene dan Indri yang merasa bersalah banget udah ngambil papan itu, hanya bisa pura-pura tidur dan berakting senormal-normalnya seolah tidak tahu menahu apa-apa. Demi temannya yang satu ini, mereka rela melakukan apa aja biar Riri pulang dengan senyum kemenangan.
Dan sepanjang jalan kita gak ada habis-habisnya ketawa, sungguh pengalaman yang benar-benar gila banget.
Dan saat perjalanan pulang di dalam bis, kita akhirnya bisa benar-benar istirahat, melepaskan lelah seharian dan membicarakan terus-menerus apa yang telah kita alami sepanjang hari ini.
Mulai dari malemnya nginep dirumah tantenya Irene, trus pagi tadi disaat peserta lain turun dari mobil dan wangi, kita muncul dari belakang dengan keringat bercucuran karena lari-larian takut terlambat, insiden aqua yang ditinggal Riri, tragedi kentut dikelas, tragedi di toilet cowok, foto-foto di danau, papan Riri yang hilang, di mesjid, di toilet perpustakaan, sampai yang terakhir ulah Triple “I” yang ngambil papan orang. Semuanya akan menjadi kenangan dan pengalaman yang tak akan tergantikan. Tak bisa diputar kembali dan tak bisa diulang kembali. Hanya bisa diingat dan dikenang menjadi hal yang akan membuat kita tersenyum di masa tua nanti.
Tapi dengan berjalannya usia, manusia tidak akan luput dari sifat lupa. Suatu saat ketika kita menjadi tua dan pikun, tulisan ini yang nantinya akan mengingatkan kita betapa mengagumkannya masa-masa itu. Betapa beruntungnya kita memiliki masa-masa itu.
Well, lima tahun lagi MAHAMERU YA?!!! semoga kita bisa terus seperti ini sampai tua, gak sabar berpetualang lagi dengan kalian. Melakukan hal-hal gila dan seru.
Gak akan ada kata “tua”, karena jiwa kita akan selalu tetap muda.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Cerita Gila 1

Chemistry Singkat Pelajar Kocak
Asiiikkk naik kereta !!” Teman gw, Riri, menulis status di fb.
Hari itu gw dan teman-teman sedang menunggu kereta  untuk  berangkat ke UI. Sial banget kita nunggu lama. Kita ke stasiun pukul 11.00 WIB. Gak taunya kereta jurusan Jakarta baru ada pukul 12.30 WIB. Sambil menunggu loket dibuka, gw serta 4 temen gw langsung memanfaatkan waktu yang ada untuk belajar. Apa? Belajar? Ckckck. Namun karena lapar, gw dan Riri memilih keluar stasiun untuk mengisi perut dulu. Sedangkan Aldilah, Lina, dan Irene sibuk membuka-buka buku. Tapi entah benar belajar atau hanya sekedar bergaya anak kuliahan.
Setelah gw dan Riri selesai makan, gw kembali ke kediaman 3 teman gw. Terlihat dikejauhan Aldilah dan Lina sedang membaca buku latihan yang dipegangnya. Sedangkan Irene? Dia sedang tidur terlentang dengan kepala diatas ranselnya. Seperti bos yang sedang santai, kedua tangannya dilipat dan telapak tangannya ia pakai untuk membentuk sebuah bantalan. Semua orang di stasiun itu tidak jarang melirik-lirik kelakuan teman gw yang satu itu. Teman gw yang lain hanya tertawa dan pasrah melihat kelakuan Irene. Tertawa karena lucu, dan pasrah karena mereka otomatis jadi korban tontonan orang-orang yang ada di stasiun.
“Hahaha. Irene nanaonan sih? Kayak gembel aja. Diliatin banyak orang tuh.” Kritik Riri dengan muka polosnya. Gw dan ketiga teman gw hanya bisa tertawa melihat kelakuan mereka.
Aldilah dan Lina langsung mengantri membeli tiket karena loket pun sudah dibuka. Dan kami pun naik kereta.
Ternyata kehidupan didalam kereta tidak seasik yang dibayangkan Riri. Riri pun menyesal telah menulis status tersebut di fb. Sangat tidak nyaman. Apalagi waktu kami sudah ingin turun. Gw nyaksiin sendiri seorang copet sedang meraba-raba saku korban. Gw yang tidak tau apa-apa lebih memilih diam. Terlalu mengerikan kalo gw bilang copet.
Kami pun turun dari kereta. Namun kami harus naik kereta sekali lagi untuk sampai di stasiun UI. Kereta kali ini lebih nyaman dibanding kereta yang tadi. Kami bisa canda tawa di dalam kereta tersebut. Tidak terasa kami pun sampai di stasiun UI.
Pukul 16.00 WIB. Suasana di stasiun UI sangat berbeda dibandingkan stasiun lainnya. Maklum, kebanyakan mahasiswa. Sangat terlihat terpelajarnya.
“Naik kereta gak enak ya?” Riri kembali mengingat keadaan kereta sebelumnya.
Kami yang mendengar pertanyaan aneh itu lagi-lagi hanya bisa tertawa. Dan kami pun langsung melanjutkan perjalanan ke kawasan UI.
“Wah seger banget.” Puji Irene saat sampai di kawasan UI.
“Kita naik apa nih? Bus kuning mana bus kuning?” Tanya gw karena ingin cepat-cepat untuk naik bus kuning.
“Bus kuning cuma ada di jam kuliah doang, Ndri. Kalo hari sabtu paling lambat Cuma sampe jam 2 doang.” Jelas Lina.
“Terus kali ini dan besok kita harus jalan gitu?” Tanya Irene tak percaya.
Ya, kawasan UI sangat luas. Dan kami tidak mungkin harus mengelilinginya dengan hanya berjalan kaki. Namun untuk saat ini mau tidak mau kami harus berjalan kaki.
Sebelum kami melanjutkan perjalanan ke fakultas MIPA, fakultas tujuan kami, kami berhenti di masjid untuk sekedar solat ashar.
“Wow, masjidnya bagus banget !!” Puji gw karena saking kagumnya.
Bangunan masjid itu memang sangat indah. Dengan danau disampingnya, seakan-akan kami sedang terapung diatas danau. Suasana seperti itu sangat membuat sekitar masjid jadi terasa sejuk. Kami langsung cuci muka dan ambil wudhu.
“Ndri, dimana ini sholatnya?” Tanya Riri setelah selesai berwudhu.
“Udah disitu aja !” Gw menunjuk arah Riri berdiri, dimana tempat itu sebenernya hanya teras masjid yang disampingnya terlihat langsung pemandangan diatas danau. Kebetulan tempat itu juga tepat didepan tempat wudhu.
Tanpa tanya lagi Riri pun langsung sholat ditempat itu.
Setelah gw nunggu Aldilah, akhirnya Aldilah selesai juga berwudhu.
“Kita sholat dimana?” Tanya gw pada Aldilah dan Lina.
“Di dalam masjid aja.” Jelas Aldilah sambil bergegas masuk ke dalam masjid.
Riri yang telah selesai sholat hanya terbengong-bengong melihat gw, Aldilah, dan Lina akan masuk kedalam Masjid. Setelah itu Irene tertawa puas melihat Riri telah salah karena dia sholat di teras masjid. Saat itu juga kami semua tertawa melihat Riri berlaku malu seperti itu. Hahaha.
Gw, Aldilah, serta Lina pun masuk kedalam masjid. Disekitar masjid itu banyak sekali mahasiswa UI yang sibuk dengan laptopnya masing-masing. Kami langsung menyimpulkan bahwa Wi-Fi di masjid ini sangat lancar.
Saat masuk kedalam masjid, gw tambah kagum saja sama masjid ini. Bangunan di dalamnnya tidak kalah indah dengan bangunan yang ada diluar masjid. Dekorasi-dekorasinya sangat banyak dan indah pula. Disaat gw dan Aldilah menunggu Lina sholat, gw sama Aldilah malah sibuk foto-foto didalam masjid tersebut.
Kami pun selesai sholat dan mulai melanjutkan perjalanan ke fakultas tujuan kami. Tidak jarang kami bertanya-tanya pada mahasiswa UI dimana letak fakultas tujuan kami. Ternyata masih agak jauh. Kami terus melangkah menikmati perjalanan tersebut.
“Capek!” kami bergantian berbicara seperti itu. Hanya Lina dan Aldilah saja yang tidak mengeluh.
“Kita harus biasain jalan cepet. Ayo kita adu jalan cepet!” Tantang Aldilah kepada kami. Dan gw pun mengikuti langkahnya.
Tanpa terasa kami pun sampai di fakultas MIPA. Sore itu terlihat Panitia Pelaksana Try Out sedang sibuk mempersiapkan persiapan untuk besok. Hampir magrib kami berdiam didepan fakultas tersebut. Seringkali kami pun berfoto-foto. Sayang juga kalo kami melewati kesempatan untuk foto-foto ini. mumpung sepi, karena kalau besok, pasti akan ramai dengan murid-murid lain. gengsi dong kita
Setelah kami puas berfoto-foto, akhirnya kami setuju untuk pulang kerumah tantenya Irene. dimana kami akan menumpang nginap malamnya.Tapi setelah kami sadar bahwa kami harus balik lagi, berjalan jauh untuk ke Margonda, jalan raya untuk menaik angkot, kami pun langsung lesu. Serem juga berjalan maghrib-maghrib melewati jalan setapak di kawasan UI.
Setelah kami bersusah payah ke Margonda sampai nyasar-nyasar di kawasan UI, akhirnya kami sampai juga di Margonda. Kami pun langsung naik angkot.
Cukup jauh perjalanan dari UI kerumah tantenya Irene. Kami harus naik angkot 2 kali.
Pukul 20.30 WIB akhirnya kami sampai dirumah tantenya Irene. Sayangnya tantenya Irene belum pulang. Hanya ada om nya Irene. Gw langsung bergegas mandi karena kebetulan gw udah daftar untuk mandi yang pertama kalinya. Daftar? Hehe.
*****
                “Wih, suegerrrrnya gw udah mandi.” Pamer gw ke temen-temen gw yang belum pada mandi.
Aldilah langsung bergegas mandi setelah gw selesei. Saat Aldilah selesei, Lina ngajak gw untuk cari makan. Gw yang saat itu sedang kelaparan pun langsung menyetujui ajakan Lina. Tapi melihat gw dan Lina akan pergi, seperti anak kecil Riri pun merengek minta ikut.
Sebelum kedepan perumahan tantenya Irene, kami diajak muter-muter kerumah saudara-saudara Irene yang juga tinggal di daerah itu. Kami tak kuasa menahan tawa saat Irene mengucapkan salam pada saudara-saudaranya. Gaya bataknya keluar.
Alhamdulillah dirumah neneknya Irene, kami malah disuruh makan. Sangat kebetulan banget. Tanpa canggung-canggung kami pun langsung duduk dan mengambil makanan di meja makan.
Setelah kami kenyang karena perut kami sudah diisi, kami pun pergi. SMP banget deh kami, Sudah Makan Pulang. Kami berjalan kedepan perumahan karena ingin jajan ke Alfamart. Kehidupan di Jakarta sangat ramai. Apalagi ditambah kalo saat itu malam minggu.
Setelah selesai jajan, kami bergegas pulang. Lina langsung mandi.
Setelah Lina mandi, seharusnya giliran Riri yang mandi. Tetapi karena sudah semakin malam, dia tidak berani mandi sendiri. Akhirnya dia mandi berdua dengan Irene.
*****
                Pukul 22.00 WIB, tantenya Irene pulang. Dan saat itu juga tantenya Irene membuatkan kami makan. Kami pun menongkrong di teras rumah tantenya Irene. Sambil menunggu makanan matang, Aldilah sibuk menghitung hutang-hutang transportasi kami berlima. Tapi, keluarga tante Irene malah menganggap kami sedang sibuk belajar untuk besok.
Akhirnya makanan matang. Padahal kami baru saja makan dirumah neneknya Irene, namun tetap saja masih bisa melahap masakan tantenya Irene. Seperti tak ada kenyangnya kami menikmati masakan tantenya Irene.
Sesudah kami makan, kami tetap menongkrong di teras walaupun hanya sekedar mengobrol dengan mereka berlima.
Tuuuuttt” Suara kentut Aldilah.
Riri langsung terbahak-bahak mendengarnya. Gw pun yang ada disitu langsung terbahak-bahak melihat Riri tertawa.
Jam menunjukkan bahwa hari semakin malam. Kami pun kekamar dan tidur berlima dalam satu kasur.
Kami rebutan lampu. Karena sebagian ingin lampu dimatikan, sebagian lagi ingin lampu tetap dinyalakan.
“Lampu matiin dong, gw ga bisa tidur nih silau banget!” Pinta gw ke temen-temen gw.
“Ih jangan dong, gw takut.” Sangkal Aldilah.
“Ih kita kan berlima ngapain takut? Udah matiin aja” Pinta Lina juga.
Gw langsung matiin lampunya. Tak berapa lama kemudian tantenya Irene membuka pintu kamar.
“Kok tidurnya sempit-sempitan gini? Sebagian dikamar sebelah aja!” Bujuk tantenya Irene.
“Gapapa kok tante disini aja” Sanggah Lina karena tidak enak.
“Bukan gitu, nanti kasurnya jebol ditidurin berlima gini” Tantenya Irene menyadarkan kami.
“Eh iya juga ya. Iya deh tante” Kami terbahak-bahak karena kami pikir tantenya Irene mengkhawatirkan kami, gak taunya hanya kasurnya yang di khwatirkan.
Lina dan Irene yang memilih pindah kekamar sebelah. Gw, Riri, dan Aldilah tetap di kamar itu. Tak berapa lama kemudian Aldilah bilang mau melihat keadaan kamar sebelah. Gak taunya dia malah pindah kekamar sebelah. Jadilah tinggal gw dan Riri yang tidur dikamar itu.
Bukannya tidur, Riri malah twitteran. Dia senang sekali karena mentionannya di bales Mu’un, mantan yang sampai sekarang masih dia suka. Gw semakin tidak bisa tidur karena Irene, Aldilah, dan Lina bolak-balik sms menakut-nakuti gw dan Riri. Tapi gak gw hiraukann, gw langsung tidur. Setengah gw tertidur, terasa Riri bangun dari kasur.
“ii mau kemana?” Setengah sadar gw nanya Riri.
“Mau ngecas, Ndri.” Seperti maling yang tertangkap basah dia menjawab pertanyaan gw sampai-sampai ada sesuatu yang terjatuh karena tersenggol Riri.
Riri pun kembali ke kasur dan gw tertidur lagi.
*****
Pukul 03.00 WIB. Irene masuk ke kamar gw dan menyalakan lampu. Gw yang sensitif banget sama lampu, langsung terbangun.
“Kenapa, Ren?” Tanya gw dengan mata tetap tertutup.
“Kalian belum bangun? Udah jam 3 nih.” Jelas Irene.
“Hah?” Gw gak percaya karena sial banget gw belum pasang alarm sebelum gw tidur.
“Ada yang mau mandi duluan?” Tanya Irene.
“Gw, Ren. Gw!” Gw jawab pertanyaan Irene dengan masih setengah sadar. Efek kegerahan juga kayanya jadi gw langsung terima tawaran Irene untuk mandi duluan.
Saat itu juga gw bangun dan langsung mandi. Gw gak kepikiran rasa takut sama sekali jam 3 sudah berani mandi.
Setelah gw selesai, bergantian temen-temen gw untuk mandi. Semua temen-temen gw kumpul dikamar sebelah. Gw langsung kekamar itu setelah gw selesei berapih-rapih.
Gw menyorak Aldilah karena dia telah pindah kamar. Disitu juga Riri mengaku bahwa sebenarnya waktu semalam dia bangun dari kasur, dia mau pindah kekamar sebelah. Waktu itu juga gw langsung ingin memarahi Riri. Sedangkan teman-teman gw malah tertawa.
Setelah kami semua selesai mandi, kami sarapan. Pukul 04.30 WIB kami sudah siap akan berangkat. Tetapi tidak dibolehkan oleh tantenya Irene karena masih terlalu pagi. Kami langsung bergiliran sholat subuh sambil menunggu hari sampai cerah.
Pukul 05.30 kami baru berangkat. Sempat nyasar karena terlihat beda sekali jalan raya pada waktu malam hari dan pagi hari.
Sesampainya di UI, kami bergegas berjalan cepat untuk sampai ke fakultas MIPA.
“Capek. Indri ini minum lu bawa!” Dengan posisi paling belakang, Riri teriak memanggil gw karena dia membawa sebotol minuman gw.
Seperti tidak mendengar apa-apa, gw terus jalan dan tidak menengok ke belakang. Bawaan gw udah terlalu banyak. Tangan gw dua-duanya penuh dengan barang-barang kami. Seperti papan, cemilan, serta buku-buku Irene.
“Woy ini gantian!” Teriak Riri lagi karena tidak ada yang mendengarkannya.
Langkah kami semakin cepat dan tidak menghiraukan Riri.
“Woy, kayak tai banget sih lu pada. Gw tinggalin aja minumannya disini” Riri marah-marah karena dia sadar dari tadi tidak ada yang mendengarkan dia bicara.
Seperti tidak terjadi apa-apa, kami semakin melangkah cepat. Tidak peduli apa yang dikatakan Riri. Dan kami tidak sedikit pun menoleh ke belakang. Fokus pada jalanan di depan.
Setelah sekian lama kita berjalan kaki, akhirnya sampai juga di fakultas MIPA.
“Huuffftt” Suara nafas kami karena saking capeknya.
Terlihat anak-anak Jakarta sudah berkumpul sangat nyaman dan tenang. Sedangkan kami? Kami menoleh ke arah Riri. Astagfirullah. Kasihan sekali temen gw yang satu ini. Dalam kerumunan anak-anak Jakarta yang cool abis, Riri tampil dengan gaya seperti habis olahraga. Keringat dimana-mana membasahi tubuhnya. Dia terus-terusan mengelap keringat dengan tisu.
“Ini tisunya dibuang dimana? Sampah basah atau kering?” Tanya Riri kepada kami karena dia bingung akan membuang sampah pada tempat sampah kering atau basah.
“Yaampun ii, ya sampah kering lah” Irene menjawab dengan agak tidak selow.
“Tapi kan tisu ini udah basah buat ngelap keringat gw” Dengan muka polosnya Riri menjelaskan seperti itu dan membuat kami kembali terbahak-bahak.
“Minum mana minum? Haus gw” Gw cari-cari minum gw.
“Udah gw tinggalin tadi di semak-semak” Riri jawab dengan santai dan tampang polos wajah tanpa dosa.
Gw serta 3 temen gw terbengong-bengong mendengar ucapan Riri. Gw kira omongan dia yang tadi hanya bercanda , ternyata dia beneran ninggalin minuman gw. Untung temen-temen gw baik-baik dan menawarkan gw minum.
*****
                Waktu sudah menunjukan pukul 07.00 WIB. Seperti yang di janjikan, Try Out akan dimulai pada jam tersebut. Semua peserta try out langsung dibariskan sebelum memasuki ruang try out.
Saat kami dibariskan tak jarang mata gw melihat-lihat orang-orang sekitar gw. Agak ngedown juga gw melihat ada seseorang yang menggunakan tas olimpiade sains. Sepertinya orang itu pintar. Tak jarang pula kami berbisik-bisik sehabis melihat mereka.
“Ndri, sebelah lu kayanya pinter. Liat tuh bacaannya. Rumus semua booo” Aldilah berbisik kepadaku sambil mengawasi seorang anak laki-laki berkacamata disebelahku.
Buset deh. Sepertinya peserta-peserta disini memiliki persiapan yang matang untuk mengikuti try out ini. Sedangkan kami? Boro-boro belajar. Semalam sekalinya buka buku malah untuk menghitung hutang-hutang kami.
*****
                Saat mengerjakan, mungkin kami berlima adalah peserta yang paling berisik. Sepertinya memang bawaan sifat kami disetiap ulangan. Selalu aja kerjasama dimana pun kami berada. Apalagi Riri. Dengan gesit dan telitinya, dia menyalin jawaban peserta lain tanpa diketahui peserta lain tersebut. Tetapi mengingat penghitungan try out ini menggunakan minus jika salah, gw tidak sepenuhnya mengikuti jawaban Riri.
Bosan banget gw diruangan itu dengan terus-terusan melihat lembaran soal. Tidak seperti anak-anak aggresist Ipa 1 yang kapan pun walau sedang mengerjakan ulangan sekali pun pasti selalu aja ada gerak-gerik yang mencurigakan. Peserta try out di UI ini beda. Semuanya tertib tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Sunyi dan sepi. Sunyi. Sangat-sangat sunyi.
lalu tiba-tiba…
Tut” Suara angin khas Aldilah tidak sengaja muncul ditengah-tengah kesunyian.
Seperti dikagetkan atau apa, Aldilah, gw, Riri, serta peserta yang pas-pasan duduk disebelah Aldilah, serentak terkejut. Gw yang tahu suara kentut itu berasal dari Aldilah tidak langsung tertawa. Gw jaim sampai peserta yang disebelah Aldilah sadar kalo tadi bukan suara apa-apa. Setelah peserta tersebut sudah tidak menghiraukan, Riri menoleh ke arah gw dan Aldilah. Seperti tidak ada apa-apa, gw meyakinkan Riri kalo gw dan Aldilah tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Setelah semua peserta sudah lelah karena soal, barulah ruangan itu ramai. Dan setelah Riri kembali menoleh, gw memberi kode bahwa suara yang tadi adalah suara kentut Aldilah. Gw dan Riri langsung terbahak-bahak tertawa lepas menertawakan Aldilah. Sedangkan Aldilah? Watados.
Kali ini adalah kedua kalinya Aldilah memasang muka watados setelah dia menggunakan toilet pria untuk membuang air kecil. Saat itu kami sedang kebelet sekali ingin membuang air kecil. Karena di toilet cewek harus mengantri, tidak tanggung-tanggung Aldilah nekat masuk menggunakan toilet pria.
“Ka !! kaka, eh hey !! hey, jangan masuk !! aduh, jangan masuk, ada teman saya didalam !!” Larang Irene dengan terbata-bata kepada segelintir anak-anak cowok yang juga ingin membuang air kecil.
“Temen kamu cewek atau cowok?” Tanya salah seorang dari mereka.
“Cewek” Irene menjawab dengan tampang malu karena menanggung dosa Aldilah yang sudah menyalahgunakan toilet cowok.
“Astagfirullah” Dengan berbarengan cowok-cowok tersebut beristigfar.
Bersambung… nantikan cerita selanjutnya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

♥ Chemistry: I LOVE YOU (ɔ ˘⌣˘)~♡

Chemistry, catalyst
wishing it was me you'd kiss

Biologic, In-Organic
wanting you it makes me panic

H20 and Carbon based
upon your lips i wish to taste

Taking over within my cells
i watch you cast you magic spells

Synthesizing my salvation
breathing in your last temptation

From Chemistry to DNA
our body speak and learn to say

Inhibit me or Activate
"You & Me" this must be fate

Catalyze this Chain Reaction
indulge me in this Chem-attraction

Inside my Heart and brain agree
something's taking over me

Grab my Hand and pull me tight
our bodies say this must be right

Touch my skin, ignite my fuel
i'm burning up yet feeling cool

Cupid's will or Chemistry
is proof that we were meant to be.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Keindahan reaksi kimia dalam kembang api ^o^

Kembang api selalu mampu menciptakan warna tampak yang memberi kesan indah. Warna tersebut tentu saja dihasilkan dari berbagai komposisi kimia yang terkandung dalam kembang api yaitu berupa atom (yang bersenyawa) seperti stronsium, kalsium, lithium, barium dan lain sebagainya.
1.        Stronsium
Stronsium berasal ari kata Strontian, yang merupakan sebuah kota di Skotlandia.Terdapat 0,03% keberadaannya dalam kerak bumi yaitu pada mineral selestit (SrSO4) dan strontantit. Pada suhu ruang stronsium mempunyai wujud padat dan berwarna kuning metalik. Struktur kristal dari Stronsium sama seperti teman segolongannya Ca yaitu memiliki struktur kubus pusat muka (fcc) dan faktor kerapatan per unit sel 0,74. Senyawa stronsium memiliki suatu sifat karakteristik yakni sukar larut dalam air atau memiliki nilai kelarutan yang kecil. Cara untuk mengekstraksi stronsium dilakukan melalui metode elektrolisis, yang sumber utamanya adalah selestit (SrSO4). Senyawa ini diproses menjadi SrCl2. Sr dapat diperoleh dari elektrolisis lelehan SrCl2 sebagai berikut:
Katode: Sr2 (l) + 2e-  -> Sr(l)
Anode: 2Cl-(l) -> Cl2(g) + 2e-
Senyawa Sr(NO3)2 digunakan dalam nyala api/suara dan cahaya merah pada kembang api.
2.       Kalsium
Kalsium berasal dari bahasa latin Calx/calcis yang berarti kapur. Terdapat 3,4% dan menjadi nomor 5 terbanyak keberadaanya pada kerak bumi yaitu dalam senyawa karbonat, fosfat, sulfat, dan fluorida. Senyawa karbonat CaCO3 terdapat dalam kapur, batu kapur, dan marbel. Kalsium pada suhu ruang akan berwarna putih metalik. Struktur kristal dari klsium sama seperti stronsium yang telah disebutkan di atas. Senyawa kalsium memiliki suatu sifat karakteristik yakni sukar larut dalam air atau memiliki nilai kelarutan yang kecil. Senyawa CaO(Kalium Oksida) dibuat dari pemanasan CaCO3, Ca(HCO3)2 (Kalsium hidrogen karbonat) meski tidak larut dalam air, namun CaCO3 larut dalam asam dan membentuk Ca(HCO3)2 sedangkan CaSO4 (Kalsium sulfat) ditemukan di alam sebagai mineral gipsum CaSO4.2H2O. Pemanasan pada suhu sedikit dia tas 100oC akan mengurangi kadar airnya dan membentuk plester CaSO2.1/2 H2O -> CaSO4.1/2 H2O + 3/2 H2O(g). Proses ekstraksinya melalui metode elektrolisis yang sumber utamanya adalah batu kapur. CaCO3 ini direaksikan dengan HCl untuk membentuk CaCl2 melalui reaksi:
CaCO3 + 2HCl -> CaCl2 + H2O + CO2
Ca dapat diperoleh dari elektrolisis lelehan CaCl2 sebagai berikut:
Katode: Ca2 (l) + 2e- -> Ca(l)
Anode: 2Cl-(l) -> Cl2 (g) + 2e-
Sebagi catatan, CaCl2 juga dapat diperoleh sebagai produk samping dari pembuatan Na2CO3 (dengan proses Solvay). Adapun metode lainnya yaitu metode reduksi yang dihasilkan dari reduksi CaO oleh Al atau reduksi CaCl2 oleh Na.
Reduksi CaO Oleh Al : 6CaO + 2Al -> 3Ca + Ca3Al2O6
Reduksi CaCl2 oleh Na : CaCl2 + 2Na -> Ca + 2NaCl.
3.       Lithium
Terdapat 0,0007% di bebatuan beku dalam kerak bumi yaitu pada spodumene LiAl(SiO3)2. Karakteristik warna nyala lithium adalah putih metalik/abu-abu, merah. Memiliki struktur kristal yang sama dengan semua teman segolongannya yaitu stuktur kubus pusat badab (bcc), dengan faktor kerapatan per unit sel 0,68. Lithium merupakan logam yang sangat reaktif karena keanggotaannya pada golongan alkali. Proses ekstraksinya dapat dilakukan melalui metode elektrolisis yang bersumber dari mineral spodumene [LiAl(SiO3)3]. Spodumene dipanaskan pada suhu 100oC, lalu dicampur dengan H2SO4 panas, dan dilarutkan ke air untuk memperoleh larutan Li2SO4. Kemudian, Li2SO4 direaksikan dengan Na2CO3 untuk membentuk Li2CO3 yang sukar larut.
Li2SO4+Na2CO3 -> Li2CO3(s) + Na2SO4
Setelah itu, Li2CO3 direaksikan dengan HCl untuk membentuk LiCl.
Li2CO3 + 2HCl -> 2LiCl + H2O + CO2
Li dapat dipeeroleh dari elektrolisis lelehan LiCl sebagai berikut:
Katode: Li+(l) + e- -> Li(l)
Anode: Cl- (l) -> ½ Cl2(g) + e-
Karena titik leleh LiCl tinggi (>600oC), biaya elektrolisis menjadi mahal. Namun, biaya dapat ditekan dengan cara menambahkan KCl (55% LiCl dan 45% KCl) yang dapat menurunkan titik leleh menjadi 430oC.
4.      Barium
Berasal daribahsa Yunani barys yang berarti rapat/berat. Terdapat sekitar 0,04% pada kerak bumi yaitu dalam mineral barritin (BaSO4) dan witerit (BaCO3). Barium memiliki warna nyala putih metalik, hijau pucat dengan struktur kristal berupa kubus pusat badan(bcc) yang faktor kerapatan per unit selnya 0,68. Barium merupakan salah satu logam reaktif meskipun tidak sereaktif golongsn tetengganya yaitu alkali. Barium diekstraksi melalui metode elektrolisis yang bersumber dari barit (BaSO4). Senyawa ini diproses menjadi BaCl2. Ba dapat diperoleh dari elektrolisis lelehan BaCl2 sebagai berikut:
Katode : Ba2+(l) + 2e- -> Ba(l)
Anode: 2Cl-(l) -> Cl2(g) + 2e-
Dapat pula diperoleh dari metode reduksi BaO oleh Al. Reaksinya adalah:
6BaO + 2Al -> 3Ba + Ba3Al2O6
Ba(NO3)2 digunakan untuk memberikan warna hijau pada kembang api.
Jika unsur atau senyawa logam tersebut dipanaskan, maka akan dihasilkan warna-warna terang yang merupakan karakteristik untuk setiap logam tersebut. Hal ini dapat dipahami dari struktur atom sendiri, bahwa atom tersusun dari inti yang dikelilingi oleh elektron-elektron. Elektron-elektron tersebut berada pada tingkat-tingkat energi tertentu/diskrit. Apabila atom dipanaskan, elektron dapat tereksitasi atau pindah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Sewaktu pemanasan berhenti, elektron tersebut akan kembali ke tingkat energi awal disertai pancaran cahaya dalam bentuk foton-foton atau paket-paket energi dengan frekuensi atau panjang gelombang tertentu yang mempunyai warna tertentu.
Kembang api bila jatuh pada benda yang mudah terbakar dapat mengakibatkan kebakaran. Kembang api pun mempunyai kontribusi bagi gangguan kesehatan, polusi udara dan perubahan iklim.
Komposisi utama kembang api secara umum terdiri dari:

1.             Binder = berfungsi untuk agen pengikat sehingga seluruh bahan pembuat kembang api dapat dijadikan campuran berbentuk pasta. Binder yang sering dipergunakan adalah dextrin.
2.            Oksidator = diperlukan sebagai penghasil oksigen untuk memulai proses pembakaran. Bahan oksidator yang dipakai biasanya dari golongan nitrat, klorat, ataupun perklorat. Awalnya nitrat dipakai sebagai bahan oksidator dan senyawa yang sering dipakai adalah kalium nitrat.
3.            Reduktor = bereaksi dengan oksigen yang dihasilkan oleh oksidator membentuk gas yang bertemperatur tinggi dan mengembang dengan cepat. Reduktor yang dipakai biasanya adalah belerang dan karbon.
4.            Fuel= Karbon atau thermit umumnya dipakai sebagai fuel pada kembang api . Fuel akan melepaskan elektron pada oksidator. Menyebabkan oksidator tereduksi, selama proses ini berlangsung maka akan terjadi ikatan antara fuel dan oksigen membentuk produk yang lebih stabil, peristiwa pembakaran ini hanya memerlukan sedikit energi agar reaksinya berlangsung, dan ketika proses pembakaran dimulai maka akan dihasilkan energi yang cukup banyak untuk melelehkan dan menguapkan material lain sehingga terjadi percikan api yang menyebabkan terbentuknya cahaya kembang api.
5.            Regulator= Logam biasanya ditambahkan untuk mengatur kecepatan terjadinya reaksi pada kembang api. Semakin besar luas permukaan logam maka semakin cepat reaksi akan berlangsung.

Percikan api yang keluar lebih cepat dibandingkan suara ledakannya. Saat menyulut kembang api kecepatan cahayanya lebih cepat 1 juta kali dibandingkan dengan kecepatan suara. Artinya, diperlukan 3 detik untuk mendengar suara ledakannya setelah melihat percikan cahayanya dalam jarak tembak 1 kilometer dari permukaan tanah.
Melihat berbagai bahan kimia yang menjadi campuran dalam pembuatan kembang api, tentu menimbulkan bahaya bagi manusia dan lingkungan. Asap dan debu kembang api mengandung sisa-sisa logam berat dan senyawa-senyawa kimia yang beracun dan membahayakan kesehatan . Senyawa-senyawa tembaga yang dipakai untuk menghasilkan warna biru dapat menghasilkan
dioxin dapat menyebabkan kanker. Tingkat toksisitas residu kembang api juga ditentukan oleh banyaknya bubuk mesiu yang digunakan, jenis oxidizer, warna yang dihasilkan dan metode peluncuran kembang api. Kembang api juga mengandung senyawa perklorat yang sangat mudah larut dalam air. Bahkan dalam konsentrasi yang sangat rendah disuplai air minum, perklorat dapat menghambat pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid. Penggunaan kembang api juga dapat meninggalkan sampah padat dari sisa-sisa penyalaan kembang api, baik yang mudah maupun yang sukar terurai. Sampah padat ini akan mengotori perairan maupun tanah/daratan tempat serpihan- serpihan tersebut jatuh. Kembang api juga berkontribusi terhadap terjadinya hujan asam.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

From Zero to be a Hero

terkadang untuk mencapai sesuatu hal yang besar perlu terjadi kegagalan yang berulang-ulang. kegagalan bukan berarti gagal dalam mengerjakan sesuatu. kita hanya dituntut untuk terus berusaha mengulang lagi dan memperbaiki kegagalan. jika terus berusaha akan menghasilkan sebuah hasil
Pada akhirnya terbukti sebuah hasil yang manis dan memuaskan dari jerih payah usaha untuk bangkit dari kegagalan. keberhasilan yang telah terwujud bukanlah akhir dari usaha. karena dibalik keberhasilan akan muncul orang-orang yang berusaha menghancurkan keberhasilan yang telah kita dapatkan. kita harus mempertahankan posisi keberhasilan yang telah didapatkan.
 
Hidup terasa kian menjadi sempurna ketika kita berada di posisi teratas. musuh yang berusaha menjatuhkan kita pada akhirnya gagal. pada keadaan ini kita akan merasa nyaman dan cenderung tidak mau keluar dari lingkaran kenyamanan yang telah didapatkan.

Pada posisi lingkaran kenyamanan, kedudukan, harta membuat pribadi menjadi sombong. harta dan kedudukan mampu mengubah kepribadian seseorang. keberhasilan sempurna seseorang bukan diukur dari seberapa banyak harta yang didapatkan dan seberapa tinggi jabatan yang dijabat. tetapi bagaimana seseorang yang sudah berada diposisi teratas mampu bersikap rendah hati.
keangkuhan, kesombongan pada akhirnya akan membawa seseorang kembali seperti awal. jika awalnya menderita maka akan kembali menderita. penderitaan bukanlah takdir tuhan, akan tetapi kitalah yang menentukan pada akhirnya menderita atau bahagia. karena penderitaan hanyalah sebuah proses yang haru dilaluli dan diatasi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sepucuk Surat by UANG



Namaku : UANG ( DUIT )

Wajahku biasa saja, fisikku juga lemah, namun aku mampu merombak tatanan dunia.
Aku juga "bisa" merubah Perilaku, bahkan sifat Manusia' karena manusia mengidolakan aku.
Banyak orang merubah kepribadiannya,
mengkhianati teman, menjual tubuh, bahkan meninggalkan keyakinan imannya, demi aku!

Aku tidak mengerti perbedaan orang saleh & bejat, tapi manusia memakai aku menjadi patokan derajat, menentukan kaya miskin & terhormat atau terhina.

Aku bukan iblis, tapi sering orang melakukan kekejian demi aku.

Aku juga bukan org ketiga, tapi banyak suami istri pisah gara-gara aku.
Anak dan orangtua berselisih gara-gara aku.

Sangat jelas juga aku bukan Tuhan, tapi manusia menyembah aku seperti Tuhan, bahkan kerap kali hamba-hamba Tuhan lebih menghormati aku, padahal Tuhan sudah pesan jangan jadi hamba uang..

Seharusnya aku melayani manusia, tapi kenapa malah manusia mau jadi budakku?

Aku tidak pernah mengorbankan diriku untuk siapa pun, tapi banyak orang rela mati demi aku.

Perlu aku ingatkan, aku hanya bisa menjadi alat bayar resep obat anda, tapi tidak mampu memperpanjang hidup anda.

Kalau suatu hari anda dipanggil Tuhan, aku tidak akan bisa menemani anda, apalagi menjadi penebus dosa-dosa anda, anda harus menghadap sendiri kepada sang Pencipta lalu menerima penghakimanNYA.

Saat itu, Tuhan pasti akan hitung-hitungan dengan anda, APAKAH SELAMA HIDUP ANDA MENGGUNAKAN aku dengan baik, atau sebaliknya MENJADIKAN aku sebagai TUHAN?

Ini informasi terakhirku:
Aku TIDAK ADA DI SURGA,
Jadi jangan cari aku disana.

Salam sayang,

Ttd

U A N G.......

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS